Halaman

Sabtu, 20 April 2013

Lesbian Bukanlah Sex Alternatif

Menanggapi Berita Media Massa yang tersiar di Tanah Air (Indonesia) Tentang Fenomena Lesbian BMI di Hongkong, Dunia Kita Mengupas habis kebenaran yang Tersimpan. Bukan dikarenakan "Dunia Kita" adalah organisasi LBT, sehingga membela fakta yang sesungguhnya, atau karena kami sebagai penulis adalah seorang Lesbian.

Dari sebuah pertanyaan yang aku lontarkan kepada Arni (nama samaran). Pada suatu hari, dihari minggu, hari dimana para BMI di Hongkong bebas tugas (libur), dan sekalipun kami tidak saling mengenal satu sama lain, namun karena merasa berasal dari satu negara yang sama yaitu Indonesia, membuat kami merasa tak canggung untuk sekedar menyapa.

Berawal dari tegur sapa, tanpa disadari kami asik ngobrol ngaler-ngidul. Sedikit kaget mengetahui bahwa Arni adalah seorang Lesbian. Perempuan berlogat jawa dan berparas manis itu seorang Feminim, dari luar ia nampak anggun. Tidak seperti kebanyakan BMI Hongkong yang Lesbian, biasanya berpenampilan Tomboy sepertiku, Arni adalah perempuan feminim. Tidak lama kemudian datanglah perempuan memakai rok mini menghampiri Arni.  Mereka saling berpelukan dan mencium kening satu sama lain, bergantian, seperti kebiasaan tata krama seorang sahabat. “Eh lupa, kenalin dia bojoku namanya Ulfa (nama samaran).” Aku langsung saja mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan, dan berkata, “Waw kalian pasangan ternyata." Iya jawab mereka serempak. Awalnya agak sedikit tidak percaya akan pemandangan ini, biasanya pasangan Lesbian itu indentik dengan, yang satu Tomboy, berpenampilan maskulin. “Udah berapa lama kalian di Hongkong?” Tanyaku  penasaran, “Kita udah hampir 8 tahun di Hongkong. Bojomu mana?” Ulfa balik tanya, “Oh dia hari ini gak libur. Kalian selama 8 Tahun sudah bersama ya?” Tanyaku lagi penuh selidik. “Iya” jawab Arni, “Bahkan lebih hampir 9 Tahun. Kami bertemu di Indonesia tepatnya di Malang, Ulfa teman Sekolahku waktu di SMA. Kami juga mulai memadu kisah Cinta kami tepat di Semester terakhir, lucu dech kalo inget waktu sekolah.”  jelas Arni sambil mengenang masa lalunya.”Lanjutin dong penasaran nih aku.” Pintaku pada Arni. Dan diapun mulai bercerita, sementara aku mendengarkannya dengan seksama.

“Aku dan Ulfa satu sekolah tapi kami beda jurusan, aku di jurusan IPA sedangkan Ulfa anak IPS, kami berdua tidak saling mengenal sampai pada saat pertandingan voly baru kami berkenalan, Ulfa itu jutek banget, aku kena cemesan bola waktu itu, tapi dia serasa ga punya salah, ya udah aku samperin dan marah marah, “Eh, kalo gak bisa main voly ga usah ikut tanding dech!” Ulfa cuma cuek dan kamipun melanjutkan permainan, akhirnya pertandingan voly kali ini dimenangkan kelas Ulfa. Gantian dech Ulfa balik datengin aku, “Eh, kalo gak bisa main Voly ga usah ikut tanding dech dari pada kalah.” Sambil pergi berlalu ninggalin aku. Entah dari mana datangnya perasaan cinta itu, sejak kejadian itu aku selalu sebel dan pengen bales dendam ke Ulfa, mungkin karena aku merasa kalah dalam pertandingan voly waktu itu. Penasaran, akupun akhirnya mencari tahu Ulfa duduk di mana. Setelah aku tahu diam-diam aku nulis surat buat Ulfa yang aku taruh didalam laci meja tempat Ulfa duduk. Isi surat itu, kalo kamu emang jago Voly, pulang sekolah temuin aku di lapangan sekolah, kita lihat siapa yang jago diantara kita. Setelah bel mata pelajaran terakhir aku langsung menunggu Ulfa di lapangan sambil memeluk bola voly, sekitar 10 menit, dari jauh aku melihat Ulfa berjalan menuju lapangan. Aku harus pulang karena Ibu mendadak masuk Rumah Sakit kata Ulfa padaku. Namaku Ulfa sambil menyodorkan tangan, aku kaget, aku Arni, dengan spontan langsung kujawab. Oh Ibumu masuk Rumah Sakit ya? Iya dech kapan-kapan aja kita tanding berdua. “Kamu mau kemana Arni?” tanyanya, “Aku masih mau di sini” jawabku. “Mau gak kamu nemenin aku ke Rumah Sakit?” Tanya Ulfa lagi. “Hah, oh iya boleh.” Aku bingung waktu itu baru aja kenal udah nyuruh aku nemenin dia ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit aku melihat Ibunya Ulfa dan beberapa keluarga lainnya. Dari sana aku tahu bahwa Ulfa adalah anak Tunggal. “Gimana keadaan Ibu, Om?” tanya Ulfa pada salah seorang dari mereka, “Ibu nyari kamu Ulfa.” Dia menarik tanganku dan dibawa menemuinya. Aku kaget banget waktu itu, “Ibu ini Arni.” Kata Ulfa mengenalkan aku pada Ibunya, aku pun menyapa Ibunya sambil tersenyum. “ Ibu gak apa-apa kok Ulfa, cuma kurang darah kata Dokter, tadi waktu Ibu di Bandara menjemput Om kamu, tiba tiba pusing dan akhirnya Om kamu bawa Ibu ke Rumah Sakit. Arni manis ya Ulfa.” Aku jadi tersipu malu dibilang manis sama Ibunya Ulfa.
“Apa dia pacarmu itu Ulfa?” Ulfa langsung memegang tanganku seperti memberi aba-aba kalo aku harus bilang iya pada Ibunya Ulfa, aku cuma diam dan heran akan pemandangan ini. “Iya Ibu, dia pacarku.” jawab Ulfa. Oh God kenapa denganku, kenapa aku diam dan tak menolak padahal aku tahu Ulfa adalah seorang perempuan sama seperti aku, sejak hari itu kami makin akrab. Singkat cerita aku dan Ulfa benar benar pacaran, sampai kami lulus sekolah dan memutuskan berangkat ke Hongkong.  Setelah selesai sekolah, karena ajakan teman yang Ulfa kenal di jejaring sosial Facebook. Bukan karena kami berasal dari keluarga tak mampu, tapi keputusan kami berdua memberanikan diri berangkat ke Hongkong adalah karena kami ingin mencari uang dengan cepat agar kami bisa membeli Rumah sendiri. Kenalan Ulfa di Facebook  itu mencarikan Ulfa kerjaan yang katanya Ulfa akan segera diberangkatkan. Dan 1 Bos dengannya, sedangkan aku harus menunggu sambil belajar Bahasa di penampungan. Nah itu singkat ceritanya sampai kami bisa bersama lagi di Hongkong. Cinta itu datangnya begitu tiba-tiba dan seperti aliran air aku hanya mengikuti kemana alirannya. Cintaku pada Ulfa adalah Cinta Pertama dan sampai saat ini. Kalo Ulfa sendiri, dia pernah punya tunangan yang akhirnya tunangannya mengkhianati Ulfa.”  Arni tersenyum mengakhiri ceritanya. “Waw seru ya cerita kalian, kalau aku sendiri Lesbian sejak kecil.” kataku pada mereka, “Tapi aku benar-benar ingin hidup bersama seorang perempuan, kuputuskan saat aku bertemu Kekasihku di Karantina.” Jelasku.

Kesimpulan dari cerita Arni dan Ulfa adalah Lesbian BMI Hongkong, bukan terjadi pada saat kami berada di Hongkong, tapi kami memulainya di Indonesia. Entahlah Media Massa yang tidak bertanggung jawab yang mencemarkan citra Lesbian hanya sebagai Alternatif Sex selama menjadi BMI di Hongkong Mendapat sumber dari mana.

Bukan hanya cerita kami, bahkan sebagian BMI Lesbian di Hongkong mengatakan bahwa sesungguhnya, meskipun Lesbian mereka baru yang mereka kenal sejak menjadi BMI, sejujur mereka katakan, dalam kehidupan Lesbian yang mereka jalani saat ini adalah keputusan yang lahir dari hati mereka bukan hanya sebagai pengobat rasa sepi dan jauh dari suami atau pacar yang mereka tinggalkan di Tanah Air. Tapi karna setelah mereka menjalani kehidupan Lesbian mereka benar-benar mengerti bahwa hidup sebagai seorang Lesbian bukanlah mengutamakan Sex semata. Seperti apa yang sering dikatakan Media Massa. Bahkan ada dari seorang teman BMI yang berkata “Kalo hanya untuk Sex kenapa saya harus memutuskan menjadi Lesbian?!” Tekanan batin BMI Lesbian di Hongkong adalah keluarga di Indonesia, mereka harus rela mengorbankan perasaan Cinta mereka hanya karena takut pada keluarga dan tanggung jawab mereka di Indonesia, sehingga sepulangnya mereka ke Tanah Air, harus memutuskan kembali menjadi Heterosexual. 

Dari sini para Pembaca yang Budiman pasti sudah bisa mengambil kesimpulan, Bahwa Kehidupan BMI Lesbian di Hongkong bukanlah “Alternatif Sex” agar tidak hamil, tapi sebaliknya, BMI Lesbian di Hongkong sebagian harus menerima kenyataan pahit setelah pulang ke Tanah Air, mereka harus rela dan Ikhlas untuk dihamili, padahal hati kecil mereka tidak menginginkannya.

Sebagai Seorang Lesbian, aku benar-benar merasa tersinggung pada kabar berita sebuah Media Massa yang menyatakankan, bahwa Lesbian hanyalah Sex Alternatif, selama menjadi BMI di Hongkong. 

Ketahuilah Cinta adalah Hak Pribadi Manusia yang dibawa sejak ia Lahir dan merupakan Hak Asasi Manusia yang tidak bisa diambil alih oleh siapapun, kekuasaannya. Jika penulis Media Massa yang menyatakankan bahwa Lesbian hanyalah Alternatif Sex. Saya yakin beliau adalah Anti Lesbi (Lesbiphobia)
Kembali kami mengingatkan, bahwa kita hidup di Negara yang Berbhineka Tunggal Ika, yang artinya Berbeda-beda tetap satu jua, tanpa memandang kebebasan Hak Orientasi Sex seseorang. Bahkan sampai mencemarkan nama baiknya. Kami Lesbian, tidak pernah mengganggu urusan kalian dan kami sangat menghargai kalian sebagai Mahluk Sosial. 

Hanya itu yang dapat kami sampaikan, dan mohon hendaknya kita sebagai Mahluk hidup dapat saling menghargai keputusan masing-masing.