Menanggapi Berita Media Massa yang tersiar di Tanah
Air (Indonesia) Tentang Fenomena Lesbian BMI di Hongkong, Dunia Kita Mengupas
habis kebenaran yang Tersimpan. Bukan dikarenakan "Dunia Kita"
adalah organisasi LBT, sehingga membela fakta yang sesungguhnya, atau karena kami
sebagai penulis adalah seorang Lesbian.
Dari sebuah pertanyaan yang aku lontarkan
kepada Arni (nama samaran). Pada suatu hari, dihari minggu, hari dimana para
BMI di Hongkong bebas tugas (libur), dan sekalipun kami tidak saling mengenal satu
sama lain, namun karena merasa berasal dari satu negara yang sama yaitu Indonesia,
membuat kami merasa tak canggung untuk sekedar menyapa.
Berawal
dari tegur sapa, tanpa disadari kami asik ngobrol ngaler-ngidul. Sedikit kaget
mengetahui bahwa Arni adalah seorang Lesbian. Perempuan berlogat jawa dan
berparas manis itu seorang Feminim, dari luar ia nampak anggun. Tidak seperti kebanyakan BMI
Hongkong yang Lesbian, biasanya berpenampilan Tomboy sepertiku, Arni
adalah perempuan feminim. Tidak lama kemudian datanglah perempuan memakai rok
mini menghampiri Arni. Mereka saling berpelukan dan mencium kening satu sama lain, bergantian, seperti kebiasaan tata krama seorang sahabat. “Eh
lupa, kenalin dia bojoku namanya Ulfa (nama samaran).” Aku langsung saja mengulurkan
tangan sebagai tanda perkenalan, dan berkata, “Waw kalian pasangan ternyata." Iya jawab mereka serempak. Awalnya agak sedikit tidak percaya akan pemandangan
ini, biasanya pasangan Lesbian itu indentik dengan, yang satu Tomboy,
berpenampilan maskulin. “Udah berapa lama kalian di Hongkong?” Tanyaku penasaran, “Kita udah hampir 8 tahun di
Hongkong. Bojomu mana?” Ulfa balik tanya, “Oh dia hari ini gak libur. Kalian selama
8 Tahun sudah bersama ya?” Tanyaku lagi penuh selidik. “Iya” jawab Arni, “Bahkan
lebih hampir 9 Tahun. Kami bertemu di Indonesia tepatnya di Malang, Ulfa teman
Sekolahku waktu di SMA. Kami juga mulai memadu kisah Cinta kami tepat di
Semester terakhir, lucu dech kalo inget waktu sekolah.” jelas Arni sambil mengenang masa lalunya.”Lanjutin dong penasaran nih aku.” Pintaku pada Arni. Dan diapun mulai bercerita,
sementara aku mendengarkannya dengan seksama.
“Aku dan
Ulfa satu sekolah tapi kami beda jurusan, aku di jurusan IPA sedangkan Ulfa
anak IPS, kami berdua tidak saling mengenal sampai pada saat pertandingan voly
baru kami berkenalan, Ulfa itu jutek banget, aku kena cemesan bola waktu itu,
tapi dia serasa ga punya salah, ya udah aku samperin dan marah marah, “Eh, kalo
gak bisa main voly ga usah ikut tanding dech!” Ulfa cuma cuek dan kamipun
melanjutkan permainan, akhirnya pertandingan voly kali ini dimenangkan kelas
Ulfa. Gantian dech Ulfa balik datengin aku, “Eh, kalo gak bisa main Voly ga
usah ikut tanding dech dari pada kalah.” Sambil pergi berlalu ninggalin aku. Entah
dari mana datangnya perasaan cinta itu, sejak kejadian itu aku selalu sebel dan
pengen bales dendam ke Ulfa, mungkin karena aku merasa kalah dalam pertandingan
voly waktu itu. Penasaran, akupun akhirnya mencari tahu Ulfa duduk di mana. Setelah
aku tahu diam-diam aku nulis surat buat Ulfa yang aku taruh didalam laci meja
tempat Ulfa duduk. Isi surat itu, kalo kamu emang jago Voly, pulang sekolah
temuin aku di lapangan sekolah, kita lihat siapa yang jago diantara kita. Setelah
bel mata pelajaran terakhir aku langsung menunggu Ulfa di lapangan sambil
memeluk bola voly, sekitar 10 menit, dari jauh aku melihat Ulfa berjalan menuju
lapangan. Aku harus pulang karena Ibu mendadak masuk Rumah Sakit kata Ulfa
padaku. Namaku Ulfa sambil menyodorkan tangan, aku kaget, aku Arni, dengan
spontan langsung kujawab. Oh Ibumu masuk Rumah Sakit ya? Iya dech kapan-kapan
aja kita tanding berdua. “Kamu mau kemana Arni?” tanyanya, “Aku masih mau di
sini” jawabku. “Mau gak kamu nemenin aku ke Rumah Sakit?” Tanya Ulfa lagi. “Hah,
oh iya boleh.” Aku bingung waktu itu baru aja kenal udah nyuruh aku nemenin dia
ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit aku melihat Ibunya Ulfa dan beberapa
keluarga lainnya. Dari sana aku tahu bahwa Ulfa adalah anak Tunggal. “Gimana
keadaan Ibu, Om?” tanya Ulfa pada salah seorang dari mereka, “Ibu nyari kamu
Ulfa.” Dia menarik tanganku dan dibawa menemuinya. Aku kaget banget waktu itu, “Ibu
ini Arni.” Kata Ulfa mengenalkan aku pada Ibunya, aku pun menyapa Ibunya sambil
tersenyum. “ Ibu gak apa-apa kok Ulfa, cuma kurang darah kata Dokter, tadi
waktu Ibu di Bandara menjemput Om kamu, tiba tiba pusing dan akhirnya Om kamu
bawa Ibu ke Rumah Sakit. Arni manis ya Ulfa.” Aku jadi tersipu malu dibilang
manis sama Ibunya Ulfa.
“Apa dia pacarmu itu Ulfa?” Ulfa langsung
memegang tanganku seperti memberi aba-aba kalo aku harus bilang iya pada Ibunya
Ulfa, aku cuma diam dan heran akan pemandangan ini. “Iya Ibu, dia pacarku.”
jawab Ulfa. Oh God kenapa denganku, kenapa aku diam dan tak menolak padahal aku
tahu Ulfa adalah seorang perempuan sama seperti aku, sejak hari itu kami makin
akrab. Singkat cerita aku dan Ulfa benar benar pacaran, sampai kami lulus
sekolah dan memutuskan berangkat ke Hongkong. Setelah selesai sekolah, karena ajakan teman yang
Ulfa kenal di jejaring sosial Facebook. Bukan karena kami berasal dari keluarga
tak mampu, tapi keputusan kami berdua memberanikan diri berangkat ke Hongkong
adalah karena kami ingin mencari uang dengan cepat agar kami bisa membeli Rumah
sendiri. Kenalan Ulfa di Facebook itu
mencarikan Ulfa kerjaan yang katanya Ulfa akan segera diberangkatkan. Dan 1 Bos
dengannya, sedangkan aku harus menunggu sambil belajar Bahasa di penampungan.
Nah itu singkat ceritanya sampai kami bisa bersama lagi di Hongkong. Cinta itu
datangnya begitu tiba-tiba dan seperti aliran air aku hanya mengikuti kemana
alirannya. Cintaku pada Ulfa adalah Cinta Pertama dan sampai saat ini. Kalo
Ulfa sendiri, dia pernah punya tunangan yang akhirnya tunangannya mengkhianati
Ulfa.” Arni tersenyum mengakhiri ceritanya.
“Waw seru ya cerita kalian, kalau aku sendiri Lesbian sejak kecil.” kataku pada
mereka, “Tapi aku benar-benar ingin hidup bersama seorang perempuan, kuputuskan
saat aku bertemu Kekasihku di Karantina.” Jelasku.
Kesimpulan dari cerita Arni dan Ulfa adalah Lesbian BMI Hongkong, bukan terjadi pada saat kami berada di Hongkong, tapi kami memulainya di Indonesia. Entahlah Media Massa yang tidak bertanggung jawab yang mencemarkan citra Lesbian hanya sebagai Alternatif Sex selama menjadi BMI di Hongkong Mendapat sumber dari mana.
Bukan hanya cerita kami, bahkan sebagian BMI Lesbian
di Hongkong mengatakan bahwa sesungguhnya, meskipun Lesbian mereka baru yang mereka
kenal sejak menjadi BMI, sejujur mereka katakan, dalam kehidupan Lesbian yang
mereka jalani saat ini adalah keputusan yang lahir dari hati mereka bukan hanya
sebagai pengobat rasa sepi dan jauh dari suami atau pacar yang mereka tinggalkan
di Tanah Air. Tapi karna setelah mereka menjalani kehidupan Lesbian mereka
benar-benar mengerti bahwa hidup sebagai seorang Lesbian bukanlah mengutamakan Sex
semata. Seperti apa yang sering dikatakan Media Massa. Bahkan ada dari seorang
teman BMI yang berkata “Kalo hanya untuk Sex kenapa saya harus memutuskan
menjadi Lesbian?!” Tekanan batin BMI Lesbian di Hongkong adalah keluarga di
Indonesia, mereka harus rela mengorbankan perasaan Cinta mereka hanya karena takut
pada keluarga dan tanggung jawab mereka di Indonesia, sehingga sepulangnya
mereka ke Tanah Air, harus memutuskan kembali menjadi Heterosexual.
Dari sini
para Pembaca yang Budiman pasti sudah bisa mengambil kesimpulan, Bahwa
Kehidupan BMI Lesbian di Hongkong bukanlah “Alternatif Sex” agar tidak hamil, tapi
sebaliknya, BMI Lesbian di Hongkong sebagian harus menerima kenyataan pahit
setelah pulang ke Tanah Air, mereka harus rela dan Ikhlas untuk dihamili,
padahal hati kecil mereka tidak menginginkannya.
Sebagai Seorang Lesbian, aku benar-benar
merasa tersinggung pada kabar berita sebuah Media Massa yang menyatakankan,
bahwa Lesbian hanyalah Sex Alternatif, selama menjadi BMI di Hongkong.
Ketahuilah
Cinta adalah Hak Pribadi Manusia yang dibawa sejak ia Lahir dan merupakan Hak Asasi
Manusia yang tidak bisa diambil alih oleh siapapun, kekuasaannya. Jika penulis
Media Massa yang menyatakankan bahwa Lesbian hanyalah Alternatif Sex. Saya yakin
beliau adalah Anti Lesbi (Lesbiphobia).
Kembali kami mengingatkan, bahwa kita hidup di Negara
yang Berbhineka Tunggal Ika, yang artinya Berbeda-beda tetap satu jua, tanpa
memandang kebebasan Hak Orientasi Sex seseorang. Bahkan sampai mencemarkan nama
baiknya. Kami Lesbian, tidak pernah mengganggu urusan kalian dan kami sangat
menghargai kalian sebagai Mahluk Sosial.
Hanya itu yang dapat kami sampaikan,
dan mohon hendaknya kita
sebagai Mahluk hidup
dapat saling menghargai keputusan masing-masing.